What should I write for you?

Sabtu, 23 April 2011

Teruntuk Dia, Dia yang Lain, dan Dia yang Lainnya Lagi


Malam ini, Gemerlapan lampu kota terasa berbeda. Sedikit asing, namun menyenangkan. Setelah sekian lama hanya berdiam diri di rumah saja selama weekend, kini aku mulai mencoba menyibukan diri lagi.

Kotaku ramai malam ini. Banyak diadakan acara yang dapat menyejukkan kaum hedonis rupanya. Pintar sekali mereka yang berbisnis hiburan ini. Warga kotaku, yang katanya kota terbesar kedua setelah ibukota, benar-benar sedang haus hiburan. Long weekend katanya. Liburan beruntun. Jumat – Minggu. Bahkan ada beberapa yang sudah sengaja meliburkan diri sejak hari Kamis. Nikmati sajalah teman - teman, Dan aku sendiri pun merasa tidak pernah berlibur.

Hati dan pikiranku tidak pernah ’berlibur’. Selalu dalam kondisi under pressure yang membuatku kadang-kadang terpikir untuk meledakkan diri saja. Tapi tidak meledakkan diri atas nama agama-agama atau konflik tidak jelas lainnya itu loh. Aku hanya ingin meledakkan apa yang sebenarnya ingin aku muntahkan, semua pikiran sumpek yang ingin menyeruak keluar. Ya, aku hanya ingin meledak. Setidaknya, malam ini saja.

Acara di sebuah taman ini sudah penuh dengan hingar bingar manusia sejak aku dan teman-temanku datang. Bertemakan festival makanan dan musik khas, acara ini sungguh menarik massa yang unik. Sedangkan aku dan teman-temanku mencoba peruntungan sekaligus mengisi waktu luang. (Walaupun tidak ada waktu luang dalam kamusku, sebenarnya). Irama musik perkusi menyambut kedatanganku. Namun aku kurang dapat menikmatinya. Aku coba mengalihkan perhatian ke stan – stan makanan yang ada di sekitar, namun aku harus dengan sadar berbalik putar arah ke tempat asal, karena uang di dompet tidak memungkinkan. Akhirnya, aku datangi stan pendidikan yang menawarkan beasiswa untuk kuliah di Amerika. Aku ambil semua brosur disana. Berharap bisa kecantol di salah satu program yang ada. Lagi-lagi, harapan bodoh itu membuatku excited tidak karuan.

Dengan bosan, aku lihat sekeliling. Rata-rata mereka datang dengan pasangan masing-masing. Tua-muda, jelek-cantik, kaya-biasa aja, semuanya. Lalu aku melihat diriku sendiri. Dan tersenyum. Entahlah, aku merasa bahagia melihat mereka semua bahagia dalam cerita mereka sendiri. Membuatku semakin nyaman dengan kesendirianku kali ini.

Dari sudut pandang yang lain, aku melihat seorang pria (atau mungkin lelaki? Karena usia yang sepertinya belum terlalu dewasa) sedang menggendong bayi. Sangat mungkin, yang digendong itu anaknya. Lelaki itu sangat cuek, memakai t shirt dan eyeliner di mata dengan sangat mencolok. Aku merasa pemandangan itu lucu. Aku akan selalu mengingatnya dengan tag line yang aku buat sendiri, ”Emo boy with his baby sweetie” lalu tertawa terbahak-bahak sendirian. Tidak peduli walau dianggap gila.

Pandanganku tertuju ke pria yang ada di sebelah Si ‘Emo Boy featuring His Cutie Baby’ itu. Ada seorang pria dengan dandanan gothic, dan baju sobek-sobek sana-sini sedang melamun, muram, dan menghisap rokoknya sangat dalam. Sepertinya Ia sedang sedikit depresi, sama sepertiku. (atau mungkin Ia hanya berakting seram?) Tapi yang membedakan kami adalah, aku sama sekali tidak ingin menampakkan wajah muram durjaku ke orang-orang, apalagi teman-temanku. Itulah penyebab, mungkin anda sekalian, jarang melihatku murung.

Terpikirkan sekilas pada seseorang itu, aku mengirim sms basa-basi kepadanya. Aku merindukannya. Rindu yang membuat malam – malam dinginmu terasa seperti di gurun sahara. Dan begitu pula sebaliknya. Siang mu yang menyengat dengan gilanya menjadi serasa di puncak gunung everest. Menyakitkan.
Dia membalas smsku. Hatiku sepintas seperti disiram minyak tanah, menunggu untuk disulut api.

Setelah itu, ada sesosok manusia yang kedatangannya benar-benar tidak terekspektasikan. Tapi dia datang, dengan senyum dinginnya. Entah maksudnya apa, entah memang dia ingin bertemu aku disana atau karena dia bingung menghabiskan malam dimana, tapi aku benar-benar berterima kasih. Setidaknya, kedatangannya tadi membuatku sedikit merasa seperti ’manusia’, rasa yang sudah aku lupakan akhir-akhir ini.

Mungkin kali ini aku benar-benar kecewa dan terluka dalam. Mengingat bahwa kebahagiaan untukku harus menunggu sampai waktu yang tidak terdefinisikan. Dengan manusia-manusia brengsek yang sama saja, datang dan pergi tanpa permisi. Dengan kekacauan memori yang mungkin aku idap permanen. Aku hanya ingin menghapus dan mengingat semuanya secara acak.

Memaksakan hati untuk menerima apa yang ada, aku rasa bukan pilihan yang bijak saat ini. Karena memang tidak ada yang layak untuk memilih dan dipilih disini. Cinta dan kebahagiaan telah tahu waktunya yang tepat. Aku disini, ingin lebih dapat menerima hal itu.

Untuk dia, yang dengan mudahnya meninggalkan dan melupakanku dengan dunia yang baru (atau mungkin wanita baru?)
Untuk dia yang lain, yang dengan entengnya melupakan semua rasanya padaku dan berkelakuan seolah tidak pernah terjadi apapun. Dan kini bersiap pergi menjauh sejauh-jauhnya dariku.
Untuk dia yang lain lagi, yang dengan kurang ajarnya meminta ’sesuatu yang penuh’ kepadaku, padahal dia tidak pernah menganggapku ’penuh’ selayaknya.
Untuk dia yang lainnya lagi, yang dengan entengnya mengatakan sedang trauma untuk merajut kisah, dan dengan sombongnya menyuruhku untuk menunggu. Padahal dia dulunya yang berjanji untuk menungguku. Dia inilah yang suka ingkar janji.
Dan untuk dia-dia-dia yang lain. Yang tidak ingin aku jabarkan satu perdua pertiga perempat disini. Karena sungguh, aku sudah lelah dengan kalian semua.

Resapi rentetan kata penuh makna dalam lirik lagu satu ini.

I Will Remember You – Sarah McLachlan

I will remember you
Will you remember me?
Don’t let your life pass you by
Weep not for the memories

Remember the good times that we had?
I let them slip away from us when things got bad
How clearly I first saw you smilin’ in the sun
Wanna feel your warmth upon me, I wanna be the one

I will remember you
Will you remember me?
Don’t let your life pass you by
Weep not for the memories

I’m so tired but I can’t sleep
Standin’ on the edge of something much too deep
It’s funny how we feel so much but we cannot say a word
We are screaming inside, but we can’t be heard

But I will remember you
Will you remember me?
Don’t let your life pass you by
Weep not for the memories

I’m so afraid to love you, but more afraid to loose
Clinging to a past that doesn’t let me choose
Once there was a darkness, deep and endless night
You gave me everything you had, oh you gave me light

And I will remember you
Will you remember me?
Don’t let your life pass you by
Weep not for the memories

And I will remember you
Will you remember me?
Don’t let your life pass you by
Weep not for the memories
Weep not for the memories

Karena aku benar-benar akan mengingat kalian semua, wahai dia-dia-dia dan dia-ku yang lain.
Sebagai pelajaran atas apa yang tidak boleh aku ulangi lagi sepanjang hidupku.
Sebagai kekacauan sementara yang membuatku sempat ingin meledak.
Yang mengajariku dengan bijak dan naif, bahwa CINTA DAN KEBAHAGIAAN TELAH MEMILIH WAKTUNYA SENDIRI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Katakan apa saja yang ingin kau muntahkan dari otakmu, setelah membaca tulisan di atas..